LAMPUNG TENGAH – Ngaji rutinan kita malam ini membahas keterangan Hadist yang ke 16, yakni tentang larangan emosi/ ghadab. Ada seseorang yang curhat kepada Nabi Muhammad SAW, beliau berpesan jangan marah, jangan marah, jangan marah, diulang hingga tiga kali. Orang kuat adalah orang yang bisa menahan emosi hawa nafsunya. Nabi Muhammad SAW berpesan agar kita jangan gampang emosi, dalam beberapa hadits menerangkan, marah/ emosi adalah bisa membuat keras hati seseorang.
Hal tersebut disampaikan pengasuh Pondok Pesantren Darusy Syafa’ah Dusun Kauman, Kampung Kotagajah, Kecamatan Kotagajah, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung, Dr. KH. Andi Ali Akbar, M.Ag, dalam Ngaji Rutinan Kitab Arba’in Nawawi, Selasa, (17/10/2023) malam, bertepatan 2 Rabi’ul Akhir 1445 H, di Masjid Al ikhlas, Dusun Kampung Baru, Kampung Kotagajah, Kecamatan Kotagajah, Kabupaten Lampung Tengah.
Gus Andi, sapaan akrabnya sehari-hari, lebih lanjut menyampaikan, sifat emosi itu harus kita dikendalikan, marah sesuai dengan porsinya. Maksiat ada dimana-mana kita bisa marah, salah satu jalannya dengan berdoa, dengan menangis meneteskan air mata.
Wakil Katib Syuriah PCNU Lampung Tengah ini menambahkan, jika kita marah tidak boleh membabi-buta/ ngawur. Kita menempatkan posisi diri, kita tidak boleh merendahkan diri. Kita tidak boleh takabur, kita bisa menempatkan pada posisi tengah-tengah.
“Kita jangan meniru iblis yang sombong, ketika itu diperintahkan sujud kepada Nabi Adam AS, kita tidak boleh membanggakan diri (ujub), kita di ajarkan untuk murah hati. Maka dijelaskan di dalam Alquran, agar manusia untuk jangan marah, tetapi saling memaafkan sesama manusia,” tambahnya.
Lebih lanjut, jebolan alumni Pondok Pesantren Blokagung, Banyuwangi, Jawa Timur ini, menjelaskan, dalam mengelola emosi/ ghadab kita ajak dengan duduk, jangan dilanjutkan. Kita diperintahkan untuk berbuat kebaikan. Jangan melayani orang yang marah, jika melayaninya malah kita seperti orang bodoh. Marah itu bisa membuat kita lupa dengan nikmat Allah SWT, menjauhkan kita dari nikmat Allah, marah itu bagian tidak mensyukuri nikmat Allah SWT.
“Nabi Muhammad SAW pernah marah, karena kemuliaan Allah dirusak, di caci maki oleh orang kafir, tapi karena beliau itu pemalu, marahnya tidak ditunjukkan didepan umum, beliau marah diluapkan dengan berdoa kepada Allah SWT,” tambahnya.
Ketua STISDA Lampung Tengah ini selanjutnya menjelaskan, maka kita perlu mengelola emosi, istilah saat ini manajemen mengelola kecerdasan emosional, harus dikelola secara baik dan benar. Nabi Muhammad SAW itu akhlaq nya Alquran, tergantung dengan ridho nya Allah.
“Dalam tradisi ilmu tasawuf, dijelaskan bahwa maka manusia itu bisa berbesar hati/ karim/mulia. Maka, manusia dekat dengan Allah SWT dalam hal sifatnya/karakternya. Jika kita ingin mengenal dekat dengan Allah SWT, maka kita kenali sifatnya, bukan karena fisiknya. Kita cinta sesuatu bukan karena fisiknya, tapi cintailah sesuatu karena karakternya. Jika kita dicaci maki jangan marah, kita harus bisa berbesar hati, kita semua semoga bisa menjadi hamba yang dekat dengan Allah SWT,” tutupnya.
(REDAKSI)