Persoalan
Bolehkah mengorbankan nyawa demi menyelamatkan orang lain (semisal seorang ibu menyelamatkan bayinya, maka diantara salah satu nya di vonis harus meninggal). Tolong sertakan dalilnya terima kasih
Penanya: Ach Rafi, Jl. Tambak, Surabaya
Jawaban dan Penjelasan
Mengorbankan nyawa demi menyelamatkan orang lain adalah haram, kecuali dalam kasus menggurkan janin sebagai solusi satu-satunya untuk menyelamatkan sang ibu maka di perbolehkan.
Referensi:
Tentang tidak bolehnya mengorbankan nyawa demi menyelamatkan orang lain, Syaikh Abu Bakar bin Sayyid Muhammad Syatha ad-Dimyati dalam I’anah ath-Thalibin, juz 4, hal 146 menjelaskan, tentang kondisi ketika perahu akan karam:
قوله: ويحرم إلقاء العبيد للاحرار) أي لسلامة الاحرار، وكذلك يحرم إلقاء كافر لمسلم وجاهل لعالم متبحر ولو انفرد وغير شريف لشريف لاشتراك الجميع في أصل التكريم وإن تفاوتوا في الصفات، وحينئذ فيبقون كلهم، فإما أن يغرقوا كلهم، أو يسلموا كلهم
[البكري الدمياطي، إعانة الطالبين على حل ألفاظ فتح المعين، ١٤٦/٤]
Ungkapan (Haram menceburkan budak demi orang merdeka), demikian juga haram menceburkan orang kafir demi keselematan muslim, orang bodoh demi orang yang sangat alim, meskipun orang alim itu satu-satunya, dan orang bukan syarif demi keselamatan syarif. Hal itu karena mereka semua sama-sama mulianya meskipun berbeda sifat khususnya. Ketia demikian maka semuanya dipertahakan hidup, entah nantinya tengelam semuanya ataupun selamat semuanya.
Terkait berkorban demi keselematan orang lain, Syaikh Utsman bin Sulaiman al-Bujairimi dalam Hasyiyah al-Bujairimi ‘ala al-Khotib, juz 4, hal 324 menerangkan tentang keharaman memotong anggota badan sendiri demi dikonsumsi orang lain, sesama dalam kondidi darurat, kecuali terhadap nabi.
وَيَحْرُمُ قَطْعُ بَعْضِهِ لِغَيْرِهِ مِنْ الْمُضْطَرِّينَ لِأَنَّ قَطْعَهُ لِغَيْرِهِ لَيْسَ فِيهِ قَطْعُ الْبَعْضِ لِاسْتِبْقَاءِ الْكُلِّ نَعَمْ إنْ كَانَ ذَلِكَ الْغَيْرُ نَبِيًّا لَمْ يَحْرُمْ بَلْ يَجِبُ،
[البجيرمي، حاشية البجيرمي على الخطيب = تحفة الحبيب على شرح الخطيب، ٣٢٤/٤]
Haram memotong bagian diri seseorang demi orang lain yang tergolong orang dalam kondidi darurat. Sebab hal itu tidak termasuk dalam memotong sebagian demi keutuhan kesemuanya. Benar haram, jika orang lain tersebut adalah nabi maka hal itu tidak haram, bahkan wajib.
Terkait pilihan mempertahankan hidup ibu ataukah bayinya, dalam Taudhih al-Ahkam dijelaskan:
توضيح الاحكام جزء 5 ص 188- 189
لايجوز اسقاط الحمل اذا كان علقة او مضغة حتى تقرر لجنة طبيـبة موثوقة إن إستمراره خطر على سلامة امه بان يخشى عليها الهلاك من استمراره فيجوز اسقاطه بعد استنفاد كافة الوسائل لتلاقي تلك الأخطار بعد الطور الثالث وبعد اكمال اربعة اشهر للحمل لا يحل اسقاطه حتـى يقرر جمع من الاطباء المخصين الموثوقين ان بقاء الجنين في بطن امه يسبـب موتها وبذالك مع استنفاذ الوسائل لانقاذ حياته
Tidak boleh menggugurkan kandungan bila sudah berbentuk ‘alaqah (darah kental) atau mudghoh (potongan daging) hingga ditetapkan oleh kelompok dokter yang terpercaya bahwa keberadaan janin tersebut akan membahayakan keselamatan ibunya, misalnya dikhawatirkan meninggal, maka boleh menggugurkannya setelah mengerahkan segala cara untuk mencegah bahaya tersebut. Hal ini berlaku hingga fase ketiga dari janin.
Adapun setelah sempurna 4 bulan kandungan, tidak boleh mengugurkannya kecuali ada penetapan dari sekelompok dokter spesialis terpercaya bahwa keberadaan janin dalam kandungan ibu akan menyebabkan kematian si ibu. Hal itu dibolehkan setekah mengupayakan segala cara untuk menyelamatkan nyawa si ibu.
Demikian, wallahu a’lam.
Tim Perumus LBM NU Lampung Tengah