LAMPUNG TENGAH – Dalam kehidupan sehari-sehari, kita mewaspadai sifat riya’ atau pamer atau tidak ikhlas yang bersifat lembut, yakni merasa nyaman dalam beribadah, para golongan orang-orang makrifat bersepakat jangan sampai riya melekat dalam diri kita salah satunya adalah nyaman dalam beribadah.
Hal tersebut disampaikan pengasuh Pondok Pesantren Darusy Syafa’ah Dusun Kauman, Kampung Kotagajah, Kecamatan Kotagajah, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung, Dr. KH. Andi Ali Akbar, M.Ag, dalam Ngaji Rutinan Kitab Minahus Saniyah, Sabtu, (20/10/2023) malam, bertepatan 5 Rabi’ul Akhir 1445 H, di Masjid Qalbun Salim, Dusun Margorahayu 1, Kampung Kotagajah, Kecamatan Kotagajah, Kabupaten Lampung Tengah.
Gus Andi, sapaan akrabnya sehari-hari, lebih lanjut menyampaikan, kita sedang dalam beribadah sehari – hari kepada Allah itu adalah dalam urusan hati, jangan menilai seseorang dari dhahirnya / atau luarnya saja . Jangan karena sesuatu yang lain ibadah karena Allah, kita beribadah tidak dikendalikan oleh hal lain, tidak dikendalikan oleh keadaan apapun.
“Tanda – tanda riya’ atau tidak ihlas, adalah merasa nyaman ibadah, ibadah tidak karena Allah SWT dan beribadah karena yang lain, beribadah dipuji menjadi semangat, orang – orang yang riya’ itu seperti tercermin dalam Al-Qur’an QS Al-Ma’un, kita harus hati-hati, fokuskan ibadah hanya karena Allah SWT,” tambahnya.
Wakil Katib Syuriah PCNU Lampung Tengah ini menambahkan, sesorang yang riya’ itu bisa juga karena ingin mendekatkan diri karena Allah SWT, jadi intinya kita beribadah kepada Allah SWT itu bukan karena tetangga, bukan karena keadaan apapun.
“Contohnya, seperti Nabi Ibrahim AS, ia hanya ingin ibadah kepada Allah SWT, semata-mata karena Allah SWT, kita sebagai makhluknya Allah SWT beribadah kepada Allah SWT bukan hanya untuk PDKT / pedekate atau pendekatan saja ada maunya. Makanya, ikhlas itu perlu latihan yang terus-menerus, ikhlas jangan ditanyakan kepada orang lain.
“Tugas kita terus berbuat kebaikan, lanjut saja, bukan karena yang lain. Kita menjadi hamba Allah SWT beribadah murni karena Allah SWT, semata-mata karena kewajiban Allah SWT. Barokah Allah SWT itu lewat jalan kebaikan, bukan lewat jalan kemaksiatan,” tambahnya.
Lebih lanjut, jebolan alumni Pondok Pesantren Blokagung, Banyuwangi, Jawa Timur ini, menjelaskan, tanda riya’ lainnya, ibadah senang jika dilihat orang lain menjadi semangat. Sekali lagi, yang penting jalan saja, beribadah murni karena Allah SWT. Yang penting kita tidak berbuat maksiat, yang penting kita menata hati kita masing-masing, semoga kita terhindar dari sifat riya dalam beribadah.
(REDAKSI)