LAMPUNG TENGAH – Konferensi koordinator Cabang (Konkoorcab) VII PKC PMII Lampung, dimulai pada Jum’at, (6/9) lalu. Di Pondok Pesantren Darussa’adah, Mojo Agung, Seputih Jaya, Gunung Sugih, Kabupaten Lampung Tengah.
Konferensi koordinator Cabang adalah ruang adu gagasan, adu program, adu komitmen dan prinsip kepemimpinan. Setidaknya begitulah semestinya. Idealitas sebuah forum permusyawaratan tingkat provinsi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Layaknya sebuah permusyawaratan tingkat provinsi, dinamika pasti terjadi. ketegangan yang terjadi antar peserta di sidang tata tertib pertama bermuara kepada putusan penyelenggara dan keluarga Pondok Pesantren untuk memindahkan lokasi Konkoorcab untuk mengantisipasi hal – hal yang tidak diinginkan. Sidang pun di skors cukup panjang, sembari penyelenggara mencari tempat baru sebagai lokasi utama Konkoorcab VII PKC PMII Lampung. Baru pada tanggal (8/9) pagi, secara resmi di umumkan Sesat Agung Nuwo Balak sebagai lokasi baru forum permusyawaratan tingkat Provinsi ini.
Permusyawaratan berlangsung alot, ketegangan demi ketegangan silih berganti, masa dari masing masing calon mengepung lokasi permusyawaratan yang membuat suasana semakin tak menentu, tak ketinggalan, kepentingan demi kepentingan mewarnai perebutan kursi utama kepemimpinan PMII se Provinsi Lampung ini. Saat ditemui, Ketua Umum PC PMII Lampung Tengah selaku tuan rumah, Muhammad Muflihudin, menyatakan kekecewaannya, bagi saya, Konkoorcab VII PKC PMII Lampung tahun 2019 ini adalah Konkoorcab yang hilang makna. Hal tersebut dapat dilihat dari apa yang dilakukan para mayoritas peserta setelah pemilihan yang semestinya dilanjutkan dengan sidang komisi. Selain itu ketidakmampuan para calon untuk menjaga konsistensi para pendukungnya untuk beradu gagasan program di sidang komisi adalah indikasi utama bahwa Konkoorcab VII PMII Lampung adalah Konkoorcab yang hilang makna, mengingat semua calon membiarkan begitu saja atas tidak terselenggaranya sidang komisi”.
Menanggapi pernyataan tersebut, Sekretaris Umum PC PMII Kabupaten Lampung Tengah, Syarif Hidayatullah, mengutarakan hal senada, menjadi catatan sejarah yang amat jauh dari kata baik dalam Konkoorcab ke VII PMII Provinsi Lampung, dimana mayoritas kader – kader PMII se Provinsi Lampung yang menjadi utusan dari masing – masing Cabang hanya mampu memaknai Konkoorcab sebagai musyawarah tertinggi untuk memilih ketua saja, asal terpilih, asal menang, program dan gagasan kurang dianggap penting dengan ditinggalkannya forum sebelum terselenggaranya sidang komisi.
“Namun secara umum, keluarga besar PC PMII Kabupaten Lampung Tengah tetap tak pupus harapan, PMII se Provinsi Lampung tetap satu, euforia dua tahunan ini pasti terjadi, jangan sampai merusak bingkai kekeluargaan sahabat PMII se Provinsi Lampung. Mari pulang, pulang ke Rayon, Komisariat dan Cabang masing – masing, karena disanalah ruang idealitas lebih bisa diterima dan ditanamkan dalam proses bumi kaderisasi”, tutupnya. (Rilis/Tim LTN NU Lamteng)