
LAMPUNG TENGAH – Ngaji malam ini membahas tentang pesan – pesan spiritual dalam QS Ali Imran ayat 132, ayat ini menjelaskan masih tentang bahaya riba, hai manusia taatlah kalian kepada Allah SWT dan rasul, supaya dapat kasih sayang. Maka hati – hati dengan barang riba yang ada disekitar kita, kita harus jaga keluarga kita masing – masing dari proses perbuatan riba.
Hal tersebut disampaikan oleh Wakil Katib Syuriyah PWNU Lampung, Dr. KH. Andi Ali Akbar, M. Ag, dalam Ngaji Rutinan Tafsir Jalalain, Jum’at, (29/8/2025) malam, di Masjid Agung Ash Sulaha, Kampung Kotagajah, Kecamatan Kotagajah, Kabupaten Lampung Tengah.
Gus Andi (sapaannya sehari – hari), ia melanjutkan ayat berikutnya, menjelaskan tentang kesolehan / kebaikan. Bergegaslah kamu menuju ampunan, taat kepada Allah SWT dan meninggalkan maksiat.
“Kesholehan atau kebaikan itu diwujudkan dalam ibadah ritual individual maupun ibadah sosial diutamakan, dengan keutamaan surga. Lebarnya surga itu adalah sesuai dengan lebarnya langit dan bumi,” imbuhnya.
“Namun sebagian ulama mengatakan lebar surga tersebut bermakna majazi, bukan secara hakiki,” ujarnya.
Pengasuh Pondok Pesantren Darusy Syafa’ah Dusun Kauman, Kampung Kotagajah, Kecamatan Kotagajah, Kabupaten Lampung Tengah ini melanjutkan, didalam hadits pernah disebutkan, bahwa kebaikan sahabat Abu Bakar ash Shidiq kebaikannya adalah seperti 7 (tujuh) kalinya dunia.

“Imam Ghazali mengatakan, lebarnya surga akhirat adalah selebar nafsumu. Allah SWT menyampaikan, bahwa surga disiapkan hanya untuk orang yang bertaqwa,” ujarnya.
“Janjinya Allah SWT itu sifatnya pasti. Tapi jika ancaman Allah SWT bisa ditunda. Maka, oleh karena itu manusia bukan hanya sekedar ibadah, tapi ada unsur semangat nya,” imbuhnya.
Alumnus Doktoral UIN Sunan Ampel Surabaya, Jawa Timur ini melanjutkan, agar orang – orang berinfaq kepada jalan Allah SWT baik pada waktu luang dan waktu sempit.
“Dan menahan emosi, untuk dikendalikan. emosi adalah api amarah yang ada di dalam tubuh kita. Menahan amarah adalah shodaqoh yang paling afdhol. Menahan emosi ditempatkan pada tempatnya,” tambahnya.
Ketua STISDA Lampung Tengah ini melanjutkan, bahwa kekuatan kecerdasan emosional (quwwatul ghadab) itu harus dikelola, jangan ekstrim ke kanan menjadi orang takabur dan jangan ekstrim ke kiri menjadi orang yang penakut. Tetapi yang ideal ada di tengah – tengah, menjadi orang yang tawadhu (rendah hati).

(REDAKSI)



























