Tempat Malaikat Tertipu

0
166
H. M. Ali Wafa

Tempat Malaikat Tertipu

Oleh : H. M. Ali Wafa

Dipagi buta ketika embun masih menggantung di ujung daun

Aku sudah bersiap memulai hari membelah keheningan fajar, berpadu dengan kicauan burung yang menyambut mentari di ruang-ruang sederhana yang dipenuhi semangat membara.

Aku bercengkrama dengan lembar-lembar Kitab Kuning yang mulia seolah menggali harta karun pengetahuan yang tak ternilai, saat senja tiba halaman ini berubah menjadi panggung kehidupan, disini dibawah langit yang memukau aku belajar menari dalam irama kehidupan, berdiskusi dengan semangat memecahkan teka-teki kehidupan dengan panduan Al Qur’an dan hadits sembari sesekali diselingi canda tawa yang menyegarkan jiwa.

Saat malam turun menyelimuti pelataran ini dengan jubahnya yang kelam, namun semangatku tak pernah padam, dibawah temaram lampu aku masih asyik dengan Jurumiyah, Al Imriti, Alfiyah, Jawahirul Maknun atau indahnya ‘Uqudul Juman bagai penambang yang tak lelah menggali permata kebijaksanaan.

Aku adalah santri sampai mati, disini santri adalah benih-benih harapan yang ditaburkan di ladang masa depan agar mereka meresap jauh ke dalam bumi tradisi, sementara cabang-cabangnya menjulang tinggi menembus cakrawala modernitas.

Mereka adalah jembatan penghubung antara kearifan masa lalu dan kemajuan masa depan, berdiri tegak diantara arus deras globalisasi bagai kupu-kupu yang mengepakkan sayap perubahan, kami siap terbang melintasi batas-batas kemustahilan, menjaga khasanah bangsa, sekaligus pionir yang membuka gerbang gerbang peradaban baru.

Dalam diri kami api semangat Nusantara terus membara menerangi jalan menuju kejayaan bangsa di panggung dunia, kami dengan pena dan kitab di tangan, sedang menulis ulang takdir bangsa, kami adalah bukti hidup, bahwa akar yang kuat akan menghasilkan pohon yang rindang, pohon yang kelak akan menaungi masa depan gemilang Indonesia.

Disini kami ditempa (Darul Ulum Seputih Banyak) dimana malaikat sering tertipu karena mengira ini adalah tempat mereka.

 

 

M. Ali Wafa atau kerap dipanggil Gus Wafa adalah putra dari KH. Muhsin Abdillah pengasuh PP. Darussa’adah Mojo Agung, Seputih Jaya, Gunung Sugih, Lampung Tengah, yang juga sekaligus menantu dari KH. Fathul Mujib Pengasuh PP. Darul ‘Ulum, Tanjung Harapan, Seputih Banyak, Lampung Tengah.