
LAMPUNG TENGAH – Rais ‘Aali Idarah Aliyah Jam’iyyah Ahlit Thoriqoh Al Mu’tabaroh An Nahdliyyah (Jatman) masa khidmat 2024-2029, KH. Achmad Chalwani Nawawi, menyampaikan, tradisi ruwahan itu berasal dari bahasa Arab, asal katanya arwah. Maka, barang siapa memulikan bulan Sya’ban akan mendapatkan keberkahan, maka ia merasakan condong tresno kepada Allah SWT, akan mendapatkan cahaya (nur) dari Allah SWT.
Hal tersebut disampaikannya dalam pengajian umum dan Haul pendiri dan pejuang Kampung Kusumajaya, Bertempat di komplek halaman Pondok Pesantren Manarul Huda Dusun Tulung Melati 2, Kampung Kusumajaya, Kecamatan Bekri, Kabupaten Lampung Tengah, Propinsi Lampung, Kamis, (30/1/2025) siang, bertepatan 30 Rajab 1446 H.
Beliau melanjutkan, haul mempunyai beberapa arti antara lain kiri kanan, bisa juga di artikan daya kekuatan, bisa enteng ibadah dan mudah meninggalkan maksiat, maka sering kita berdoa La Haula Wala Quwwata Illa Billah. Juga bisa bermakna, tahun, maka semua masyarakat Indonesia biasanya mengunjungi ziarah kubur itu setahun sekali.
Pengasuh Pondok Pesantren An Nawawi, Berjan, Gebang, Purworejo, Jawa Tengah ini melanjutkan, yang paling ditakuti oleh Belanda dan sekutunya dari Negara Indonesia adalah santri – santri pondok pesantren dan warga masyarakat yang ikut thoriqoh / tarekat.
“Nama asli Pangeran Diponegoro adalah Onto Wiryo. Yang kita anut dalam jamiyyah perkumpulan NU adalah Hadratusy Syaikh KH. Hasyim Asy’ari, beliau berguru kepada Syaikhona Khalil Bangkalan,” tambahnya.

Anggota DPD RI periode 2004-2009 ini melanjutkan, Presiden Republik Indonesi ke 4, almarhum almaghfurlah KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur dulu pernah berbaiat thariqah kepada KH. Sonhaji, Jimbun, Sruweng, Kebumen, Jawa Tengah pada tahun 1980-an.
“Warga Bekri, mari ikut berkhidmat pada jam’iyyah perkumpulan NU, yang muda – muda ikut NU pada GP Ansor, ikut Banser, yang perempuan muda ikut Fatayat NU, selanjutnya Muslimat NU,” imbuhnya.
“Selanjutnya ikut baiat thariqah / tarekat. Dzikir itu ada dua (2), yakni; dzikir Hasanah dan dzikir darojat. dzikir Wusul kepada Allah SWT. Setelah sholat fardhu tanpa wiridan ibaratnya kapal tanpa penumpang, maka dibiasakan wiridan yang di tuntun oleh para guru thariqah,” pungkasnya.
(REDAKSI)