Inklusivitas Dipertanyakan: Kongres ke-XXI PMII Dinilai Kurang Akomodir Cabang

0
680
Kongres ke-XXI PMII di Jakabaring Sport City, Kota Palembang, Sumatera Selatan

PALEMBANG – Kongres ke-XXI Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) yang digelar di Kota Palembang, Sumatera Selatan, (9-15/8/2024), dengan tema besar “Bersama Menangkan Indonesia, Menangkan Peradaban Dunia,”  Kongres ke-XXI PMII yang dilaksanakan  di Jakabaring Sport City, Kota Palembang, Sumatera Selatan sedang berlangsung Namun,  muncul berbagai kritik yang mengarahkan sorotan pada isu inklusivitas dan akomodasi bagi Cabang-Cabang PMII di seluruh Indonesia.

Dalam Kongres yang seharusnya menjadi ajang pemersatu dan penguat solidaritas antar-cabang ini, banyak cabang yang merasa terpinggirkan. Tidak sedikit yang mengeluhkan bahwa Kongres ke-XXI PMII tersebut kurang memberikan ruang bagi mereka untuk berpartisipasi aktif, baik dalam forum diskusi maupun dalam bazar yang diselenggarakan di sela-sela acara. Ketidakmampuan untuk mengakomodasi potensi-potensi dari setiap Cabang ini menjadi isu yang semakin mencuat dan menjadi perhatian serius bagi seluruh anggota PMII.

Arena Bazar Kongres ke-XXI PMII

Salah satu isu yang paling disorot adalah penyelenggaraan bazar, yang sedianya menjadi sarana bagi kader-kader PMII untuk memamerkan produk dan karya mereka. Bazar ini seharusnya menjadi tempat bagi kader dari berbagai daerah untuk menunjukkan potensi ekonomi kreatif mereka, yang merupakan salah satu bentuk pengembangan kapasitas kader. Namun, biaya sewa tempat yang dinilai relatif mahal di Jakabaring Sport City Kota Palembang, Sumatera Selatan menjadi kendala bagi banyak kader. Mereka merasa terbebani dengan tingginya biaya tersebut, yang justru menghalangi partisipasi mereka dalam kegiatan yang seharusnya bisa memberikan manfaat lebih besar bagi perkembangan mereka.

Ketua Umum PC PMII Lampung Tengah, masa khidmat 2021-2022, Ahmad Boimin Albab, atau biasa akrab disapa Boy, mengungkapkan pandangannya terhadap situasi ini, Kongres ke-XXI PMII seharusnya menjadi ajang bagi seluruh kader dari berbagai daerah untuk berkumpul dan mengembangkan potensi mereka. Namun, jika biaya sewa tempat di bazar saja sudah memberatkan, bagaimana kader-kader dari daerah bisa memanfaatkan kesempatan ini? Ini adalah sebuah langkah mundur bagi PMII.

Boy juga menyampaikan, bahwa kongres ini perlu lebih mempertimbangkan kemampuan finansial dan keterbatasan dari setiap Cabang. Menurutnya, jika Kongres ke-XXI PMII ini hanya diakses oleh Cabang-Cabang yang mampu secara finansial, maka prinsip inklusivitas dan kesetaraan yang diusung PMII akan dipertanyakan. Kami berharap ke depan, panitia lebih bijak dalam mengelola acara, dengan memberikan perhatian yang lebih pada inklusivitas dan kesejahteraan kader. Sebab, tanpa memperhatikan kepentingan dan kebutuhan kader di daerah, PMII tidak akan mampu mencapai visi besarnya.

Ketua Umum PC PMII Lamteng, masa khidmat 2021-2022, Ahmad Boimin Albab

“Kritik ini bukan tanpa alasan. Dalam perjalanan PMII sebagai salah satu organisasi mahasiswa terbesar di Indonesia, keberagaman dan kesetaraan telah menjadi fondasi penting dalam setiap gerakan dan kebijakan yang diambil. Kongres yang seharusnya menjadi ajang refleksi dan penguatan kembali nilai-nilai tersebut, justru berpotensi menciptakan jarak antara Cabang-Cabang yang lebih kuat dan Cabang yang lebih lemah secara finansial,” tutupnya.

Sekretaris Umum PC PMII Lampung Tengah masa khidmat 2023-2024, Ahmad Syamsul Hidayat, turut memberikan pandangannya, kita harus ingat bahwa PMII didirikan dengan semangat kebersamaan dan gotong royong. Jika Kongres ke-XXI PMII seperti ini tidak mampu menjangkau semua cabang, maka kita kehilangan esensi dari semangat tersebut. Bahwa untuk mencapai visi besar “Menangkan Indonesia, Menangkan Peradaban Dunia,” PMII harus terlebih dahulu memastikan bahwa setiap anggota dan Cabang merasa diakui dan difasilitasi dengan baik.

Sekretaris Umum PC PMII Lamteng masa khidmat 2023-2024, Ahmad Syamsul Hidayat

Seiring dengan berbagai kritik yang muncul, diharapkan bahwa PMII akan mengambil langkah-langkah konkret untuk memperbaiki dan memperkuat inklusivitas dalam setiap kegiatan organisasi, khususnya dalam acara-acara besar seperti Kongres. Hanya dengan demikian, PMII dapat menjadi organisasi yang benar-benar mengakomodasi kebutuhan dan potensi seluruh anggotanya, tanpa terkecuali.

 

 (Ahmad Syamsul Hidayat)