LAMPUNG TENGAH – Mulai tertanggal 12 Agustus 2024 atau 7 Shafar 1446, dengan nomor surat 0358/PCNU.LT/A.II/D.4/VIII/2024. Pengurus PCNU Lampung Tengah mengeluarkan instruksi terkait dinamika kemasyarakatan fenomena Habib.
Hal tersebut disampaikan oleh Sekretaris PCNU Lampung Tengah, Muslim Anshori, M.M melalui sambungan seluler, Senin (12/8/2024) petang.
Wakil Ketua DPRD Lampung Tengah ini menambahkan, surat instruksi ini telah ditanda tangani oleh Rais Syuriah PCNU Lampung Tengah, Nur Daim. Katib Syuriah PCNU Lampung Tengah, KH. Muhayat. Ketua PCNU Lampung Tengah, KH. Ngasifudin, M.Pd, dan saya sendiri selaku Sekretaris PCNU Lampung Tengah, surat ini sekaligus ditujukan kepada; PCNU Kabupaten Lampung Tengah, Pengurus Badan Otonom & Lembaga NU Kabupaten Lampung Tengah, Pengurus MWC NU Banom – Ranting NU se-Kabupaten Lampung Tengah dan seluruh lapisan Kader-kader NU se-Kabupaten Lampung Tengah.
Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Lampung Tengah melihat mempelajari dinamika yang berkembang di masyarakat Kabupaten Lampung Tengah akhir-akhir ini, mengintruksikan Kepada KBNU (keluarga besar Nahdlatul Ulama) Kabupaten Lampung Tengah untuk: Pertama, menjunjung nilai-nilai persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dan berpedoman kepada empat pilar kebangsaan (Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, UUD 1945, dan NKRI).
Kedua, ta’at dan patuh (sam’an wa Tha’atan) terhadap titah perintah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama sebagai pimpinan tertinggi dengan berdasarkan AD/ART serta Perkum Nahdlatul Ulama.
Ketiga, ta’dzim dan menghormati para Aulia (Wali Songo) dan para muasis NU serta para Ulama/Kiyai NU yang berfaham Islam Ahlussunnah Waljamaah An-Nahdliyyah.
Keempat, dalam membuat kegiatan rutinitas (pengajian, haul, sholawatan) wajib mendatangkan penceramah/mubaligh Kiyai NU, Gus yang berasal dari Nahdlatul Ulama.
Kelima, cinta terhadap Nabi Muhammad SAW dengan bersolawat bersama Majelis Sholawat yang berhaluan Ahlussunnah Waljamaah An-Nahdliyyah.
Keenam, tidak menerima serta tidak menghadirkan dan tidak menghadiri kegiatan jam’iyah/majelis Shalawat yang ingin memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa.
tidak menggunakan lambang NU (logo, bendera, baju, dan pakaian perkumpulan NU) pada kegiatan Majelis Sholawat Habaib yang tidak sejalan dengan Nahdlatul Ulama.
(REDAKSI)