Gus Andi Ali Akbar: Allah SWT itu Kadang Menahan Dan Melapangkan Rizki Kepada Hamba-Nya.

0
264
Ngaji Rutinan Tafsir Jalalain bersama Dr. KH. Andi Ali Akbar, M.Ag

LAMPUNG TENGAH – Masih dalam suasana lebaran bulan Syawal 1445 H, saya atas nama pribadi mengucapkan selamat hari raya idul Fitri mohon maaf lahir dan batin. Jika dalam proses kita mengaji setahun lalu ada perkataan, keterangan yang tidak berkenan dihati ibu dan bapak semuanya, mohon di maafkan dan ikhlaskan.

Pesan tersebut disampaikan oleh Pengasuh Pondok Pesantren Darusy Syafa’ah Dusun Kauman, Kampung Kotagajah, Kecamatan Kotagajah, Kabupaten Lampung Tengah, Propinsi Lampung, Dr. KH. Andi Ali Akbar, M.Ag,  dalam pembukaan setelah libur selama Ramadhan lalu, Ngaji Rutinan Tafsir Jalalain, Jum’at (3/5/2024) malam bakda Maghrib, bertepatan 24 Syawal 1445 H, di Masjid Agung Ash Shulaha, Kampung Kotagajah, Kecamatan Kotagajah, Kabupaten Lampung Tengah, Propinsi Lampung.

Ngaji Rutinan Tafsir Jalalain bersama Dr. KH. Andi Ali Akbar, M.Ag

Gus Andi, sapaan karibnya sehari-hari, malam ini menjelaskan QS Al-Baqarah ayat: 245. Ayat ini menguraikan tentang barang siapa yang menginfakkan hartanya maka dapat balasan dari Allah SWT yang berlipat ganda.

Wakil Katib Syuriah PWNU Lampung, ini selanjutnya menjelaskan, Allah SWT itu kepada hambanya dimuka bumi ini adakalanya menahan / menyempitkan rizki, dan juga Allah SWT itu juga Maha memberi melapangakan rizki, tujuannya agar manusia itu menyadari kita ini bukan siapa-siapa, hanya bersifat fana sementara.

“Kita dalam bekerja bisa sama-sama satu profesi dalam masyarakat, tapi dalam menerima rezeki dari Allah SWT bisa berbeda-beda. Karena, semakin banyak kekayaan manusia, maka tanggungjawabnya juga semakin besar. Semua manusia pernah mengalami apes / rugi dalam proses bekerja. Bahkan sekelas Fir’aunpun ketika diberikan kekayaan, kekuasaan punya kesombongan,” tambahnya.

Alumni Pondok Pesantren Blokagung, Banyuwangi, Jawa Timur ini menjelaskan, para ulama menjelaskan membagi manusia jika diberi kekayaan rezeki itu ada tiga (3), yakni pertama, rezeki bersifat ‘awam, jika kita beri kekayaan maka kita senang jika tidak diberi susah. Kedua, rezeki bersifat khusus (khawas), yaitu dia merasa memang rezeki itu dari Allah SWT yang maha Agung dan maha Indah, manusia itu dalam proses bekerja adakalanya untung atau apes, dan ketiga, khawasil khawas, ini karekter tingkatan paling tinggi, tidak tergantung kepada siapa-siapa hanya disandarkan kepada Allah SWT.

Ngaji Rutinan Tafsir Jalalain bersama Dr. KH. Andi Ali Akbar, M.Ag

Ayat selanjutnya menjelaskan, mengingatkan kepada kaum Nabi Muhammad Saw bahwa bani Israil itu banyak secara kuantitas (jumlah) tapi tidak berkualitas dalam agenda perang. Mereka itu membanggakan tentang nasab (keturunan) dan harta kekayaan. mereka banyak yang berpaling dan meninggalkan jihad di jalan Allah SWT serta sedikit sekali yang tetap teguh memegang janjinya, hanya Allah SWT  akan memberikan kekuasaan kepada siapapun yang dikehendakinya, Allah SWT Maha Tahu.

(REDAKSI)